Ingin
Lupa, bagaimana rasanya aku mengenalmu dulu, saapaan mu pertama waktu itu. Aku
menyesalinya, sangat menyesalinya. Aku ingin kembali di masa aku hanya tau
namamu, bukan tau tentang mu atau pun mengenalmu dan menjadikan kamu sebagian
dari hidupku. Kembali di masa aku hanya puas dengan melihatmu dari jarak yang
aku inginkan, bukan melihatmu dari jarak yang sangat terbatas lalu mengharapkan
ada interaksi lebih dari sekedar saling melihat. Kembali dimasa aku akan
tersenyum pada setiap postingan status mu di media sosial, karena aku yakin itu
bukan tentangku, bukan malah merasakan perasaan tercabik ketika harus tau bahwa
aku adalah alasan kamu membuat semua catatan itu, mendustakan semua yang telah
aku lakukan untukmu.
Ingin
Lupa, kenapa aku harus selalu menunggu kamu. Bukankah semuanya sudah sangat
jelas? Aku yang mengingin kan kamu pergi. Tapi maukah? Sedikit saja kamu
melihat kearahku, bagaimana aku mengatakan bahwa aku ingin kamu pergi dariku.
Sungguh, apa ada orang yang tidak menangis ketika mengatakan hal yang justru
sangat bertentangan dengan apa yang diinginkannya. Aku ingin kamu pergi. YA ! |
Tentu saja aku sangat menginginkan kamu utuk tetap tinggal. Aku ingin kamu
melupakanku dan begitupun sebaliknya, aku akan melupakanku, tapi untuk mempraktekannya
tidaklah semudah aku mengatakannya.
Ingin
lupa, saat pertama kali aku mendengat suaramu menyebut namaku. Lebih baik kamu
tidak usah tau namaku agar kamu tidak pernah sekalipun mengucapkannya. Saat ini
untuk mendengar suaramu saja sangat sulit, seakan kita berada di dunia yang
berbeda, padahal kita hanya berbataskan jarak yang entah apa itu, jarak yang
masing-masing dari kita enggan untuk melewatinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar